“Komunitas kepariwisataan dalam aplikasi di lapangannya sebagai kegiatan seperti ‘tour guide’. Sehingga warga lokal jadi pemandu wisata untuk memfasilitasi wisatawan,” ujarnya.
Komunitas ini masih terbilang baru. Karena baru terbentuk sekitar 6 bulan lalu. Untuk meningkatkan kapasitasnya, para pemandu wisata dilatik bahasa asing.
“Seperti di Bali, warga menjadi guide untuk wisatawan. Untuk memaksimalkan hal itu, kami juga melakukan kegiatan kerja sama pelatihan bahasa asing agar bisa lebih baik,” katanya.
Willy optimis, dengan berbagai macam potensi di wilayahnya, seperti kafe, resto, hotel hingga jasa lainnya mampu meningkatkan perekonomian warga.
Apalagi, kata Willy, wilayahnya memiliki 18 koperasi, 568 UMKM mulai dari craft, fesyen, jasa, kuliner dan sebagainya. Tak hanya itu, Braga pun memiliki kampung wisata.