Lantai rumahnya pun masih beralaskan tanah dan dinding menggunakan triplek bekas dan berlubang, sedangkan alas tidur mak Esih hanya dipan bambu tua.
Dalam hatinya sebenernya mak Esih ingin memiliki tempat tinggal yang lebih layak, Namun apa daya tanah yang ditempatinya saat ini merupakan tanah milik pemerintah dan juga mak Esih sudah tidak mampu bekerja. Jangankan memperbaiki rumah, untuk makan pun masih sulit, tak jarang mak Esih tidak makan dalam satu hari penuh.
Senyum kebahagiaan terpancar dari wajahnya Ketika tim ACT Bandung datang untuk bersilaturahmi. Dengan kehadiran tim ACT Bandung, beliau merasa memiliki saudara kembali. Beliau meneteskan air mata Ketika tim ACT Bandung membawakan bingkisan paket pangan untuk beliau.