Penyilangan hibrida anggrek adalah untuk mengembangkan anggrek endemik Indonesia agar lebih beragam dan tidak punah. Selain itu, memperbaiki karakteristik kedua indukan, meningkatkan adaptasi anggrek pada suhu suatu lingkungan hingga memperoleh varian anggrek hibrida baru.
Ujang bercerita, butuh lima tahun penantian untuk melihat anggrek hibridanya berbunga. Sebab, ada berbagai tahapan yang harus dilakukan mulai dari pembibitan hingga berbunga.
Guru kelahiran Bandung, 22 September 1995 ini menjelaskan, proses awalnya adalah mencari bibit indukan anggrek. Setelah menemukan indukan, barulah dikawinkan dengan kultivar atau genus lain yang akan menjadi buah salam 4 bulan ke depan.
“Ini tergantung jenis anggreknya, tapi rata-rata sudah bisa kita panen, lalu tanam di lab kultur jaringan dan membutuhkan waktu paling cepat 1 tahun berada di dalam lab,” beber guru kompetensi keahlian agribisnis tanaman ini.
Setelah satu tahun, barulah anggrek hibrida ini dipindahkan ke green house. Dengan perawatan yang benar, butuh 4-5 tahun bagi anggrek hibrida untuk berbunga.
“Saya mulai kawinkan (silangkan) dari tahun 2018 dan berbunga tahun 2022. Setelah bunga pertama, muncul bunga-bunga lainnya,” jelas Ujang.
Bukti Kualitas SMKN 4 Padalarang
Dimintai komentarnya, Kepala SMKN 4 Padalarang, Engkus Kusnadi menilai, prestasi tersebut menjadi bukti salah satu kmpetisi terbaik di sekolahnya.
“Ini penghargaan luar biasa karena sudah diakui secara internasional. Diharapkan, guru kami, Pak Ujang jadi ikon pembudi daya tanaman anggrek hibrida di SMKN 4 Padalarang,” ucapnya.
Engkus berharap, prestasi Ujang bisa memotivasi seluruh guru untuk terus berinovasi dan meningkatkan kompetensi.
Lebih jauh, Engkus menjelaskan, kompetensi keahlian agribisnis tanaman di sekolahnya adalah salah satu kompetensi keahlian terfavorit. Bahkan, pada PPDB tahun lalu, jumlah pendaftar ke kompetensi keahlian tersebut terbanyak dari sekolah lain di Jawa Barat.
“Kita udah bekerja sama dengan pihak Kota Baru Parahyangan untuk berkolaborasi menggarap lahan untuk bahan praktik. Output-nya, hasil pendidikan di sini menjadikan mereka sebagai teknokrat pertanian,” pungkasnya. ***