BANDUNG, PastiNews – Peneliti Utama World Mosquito Program (WMP), Adi Utarini, menyatakan, teknologi wolbachia terbukti aman untuk manusia, hewan dan lingkungan. Sehingga bisa menjadi salah satu upaya mencegah DBD.
“Ini sudah terbukti aman, masyarakat Yogyakarta adalah contohnya Kami sudah 10 tahun hidup berdampingan dan alhamdulillah sampai saat ini kasus dbd menurun,” katanya saat pertemuan Implementasi Teknologi Wolbachia di Ruang Tengah, Balai Kota Bandung, Senin, 18 Maret 2024.
Dikatakan, penelitian nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia sudah mendapatkan pengakuan dan dukungan dari WHO serta Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).
“Mudah-mudahan kita bisa berfokus pada pencegahan risiko,” harapnya
Diketahui pada Oktober 2023, tercatat di Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung ada 28 warga yang terkena DBD. Kecamatan Ujungberung menjadi salah satu daerah yang masuk 10 besar kasus DBD tertinggi. Karena itu wilayah ini menjadi titik penyebaran Wolbachia pertama di Kota Bandung.
Sedangkan Dirjen P2P, Maxi Rein Rondonuwu menyampaikan, sebelum Bandung, Kota Yogyakarta menjadi kota pertama di Indonesia yang mengimplementasikan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dalam pengendalian DBD.
“Sejak program ini di mulai pada tahun 2016, angka kasus DBD di Kota Yogyakarta berangsur menurun hingga 77 persen dan angka rawat inapnya pun menurun hingga 86 persen,” jelasnya.
Selain Indonesia, teknologi wolbachia ini sudah digunakan oleh 24 negara lainnya.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Jabar), dr. Raden Vini Adiani Dewi mengakui, teknologi Wolbachia merupakan sebuah pengalaman luar biasa di Jabar.
“Alhamdulillah berkat komitmen pemerintah Impelementasi Teknologi Wolbachia bisa kami teruskan sampai sekarang,” bebernya.
Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono berharap teknologi Wolbachia berhasil di Kota Bandung.
“Saya mengharapkan keberhasilan teknologi Wolbachia yang sebanyak-banyaknya,” pungkasnya. ***