BERBAGAI isu global terkait energi, perubahan iklim, pemanasan global, efek gas rumah kaca, emisi, dan isu lainnya, marak terjadi. Dampak ini tidak hanya terjadi dalam jangka pendek, melainkan hingga ratusan tahun ke depan. Jika tidak diantisipasi, generasi mendatang akan menanggung kerusakan hari ini.
Di samping memilki keunggulan dalam bidang Information and Communication Technology (ICT), Telkom University (Tel-U) ternyata telah sejak lama memperhatikan isu-isu global terkait energi keberlanjutan.
Banyak riset di bidang energi telah menjadi salah satu fokus tersendiri di Tel-U. Terlebih dengan dibentuknya Center of Excellence Sustainable Energy Climate Change, yang akan mendorong para peneliti di dalamnya untuk meningkatkan riset, publikasi, dan inovasi.
Tidak hanya itu, Tel-U dengan matang mengambil peran dalam bidang energi dengan membuka Program Studi S1 Teknik Sistem Energi guna menghasilkan SDM-SDM unggul di bidang energi.
Tel-U bahkan telah memiliki Guru Besar dengan kepakaran Smart Grid & Energy. Ia adalah Prof. Dr. Jangkung Raharjo, M.T., seorang Guru Besar Tel-U yang telah ditetapkan sejak 1 Juni 2023.
Prof. Jangkung merupakan seorang dosen yang telah berkontribusi dalam berbagai pencapaian Tel-U.
Lahir di Sukoharjo pada 19 Januari 1966, ia telah mengabdi di Tel-U selama lebih dari 20 tahun.
Salah satunya kiprahnya di Tel-U sebagai konseptor dan implementator Kawasan Ekosistem Inovasi Berkelanjutan dengan nama Bandung Techno Park (BTP) akan menjadi silicon valley di Bandung.
Berasal dari keluarga kurang mampu, tidak menghentikan Prof. Jangkung untuk memperoleh pendidikan tinggi. Beruntung ia memiliki keluarga yang sangat mendukung pendidikannya.
“Saya orang kampung yang secara ekonomi juga sangat kurang beruntung. Saya kuliah dibiayai oleh guru SMP saya hingga tingkat 2. Kemudian ada yang memberi beasiswa dari keluarganya teman. Saya bersedia, asal tidak ada ikatan apa pun. Teman saya tersebut tidak memberi tahu identitas pemberi beasiswa itu. Namun, karena penasaran, setelah lulus saya mencari tahu pemberi beasiswa itu. Ternyata beasiswa tersebut berasal dari Batik Danar Hadi Solo.” cerita sang Prof.
Tidak hanya itu, sosok sang Ibu juga sangat berperan mendukung keberhasilannya. Karena Ibunya banting tulang dan dia dapat melanjutkan sekolah.
Bahkan kakak-kakaknya pun rela mengalah adiknya ini dapat mencapai cita-cita tertinggi. Prof. Jangkung kemudian melanjutkan pendidikan S2 Teknik Elektro dengan sub Bidang Teknik Telekomunikasi yang ia selesaikan pada 2001.
Sebelum melanjutkan S3, di Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof. Jangkung terlebih dahulu memulai karirnya di Tel-U.
Selain melaksanakan pengajaran, riset, dan pengabdian kepada masyarakat, Prof. Jangkung juga berkiprah pada berbagai jabatan struktural. Beliau sempat menjadi Koordinator Pengajaran,
Koordinator Praktikum, Koordinator Laboratorium Teknik Tenaga Listrik, Ketua Bidang Keahlian Pengolahan Sinyal Informasi, Ketua Program Studi Diploma dan Penjenjangan Ketua Departemen Teknik Elektro (2006-2008), Dekan Fakultas Teknik Elektro (FTE) (2008-2010), Tim Akselerasi dan Implementasi Transformasi Tel-U (2013), hingga Direktur BTP (2010-2017).
Menurut pengakuannya, Guru Besar sebetulnya bukanlah tujuan utama. Namun, dimudahkan dalam prosesnya.
Hanya berjarak 5 tahun sejak kelulusan doktoralnya, dia langsung memperoleh SK Guru Besar tepat 50 hari setelah berkas pengajuan guru besar dikirimkan ke DIKTI.
Baginya, gelar ini memacu dirinya untuk lebih baik dalam menjalankan kiprahnya di Tel-U. Meraih gelar guru besarnya pada usia 57 tahun, Prof. Jangkung mengaku bukanlah pencapaian yang patut dicontoh.
“Jangan meniru saya, karena sudah berumur baru mencapai Guru Besar. Jika alasan saya 23 tahun karena menjabat struktural, sesungguhnya itu bukan alasan. Oleh karena itu, saya kejar ketertinggalan saya ketika lulus S3, dan alhamduliah tercapai gelar Guru Besar dalam lima tahun sejak lulus S3. Namun, ini bukan contoh yang baik bagi dosen-dosen muda. Tapi, bagi dosen senior seperti saya yang tidak memiliki waktu panjang, mungkin jika ingin meniru, tiru saja semangatnya,” bebernya.
Menurutnya, Guru Besar menjadi sarana untuk membesarkan asma Allah dan mendekatkan diri kepada Allah. Maka, saya selalu berdoa dan minta didoakan agar sebagai Guru Besar saya tetap bisa rendah hati.
“Semoga Tel-U dan Center of Excellence, mampu menghasilkan pusat-pusat riset yang mumpuni. Tel-U sudah memiliki 6 Profesor. Minimal setidaknya ada 9 pusat riset. Jadi, setiap Profesor membuat pohon inovasi sehingga kami dapat berkontribusi untuk mengembangkan teknologi-teknologi masa depan,” tutupnya. ***