Menurut Farhan, tema ini memperlihatkan keterkaitan erat antara olahraga dan seni dalam budaya masyarakat Bandung.
Lebih lanjut, Farhan menyebut pentingnya membedakan antara mural sebagai karya seni dengan vandalisme. Ia berharap warga sekitar ikut menjaga mural ini dari kemungkinan perusakan.
“Kalau mural itu dibuat untuk mempercantik dan menjadi identitas tempat. Sedangkan vandalisme justru merusak keindahan kota,” katanya.
Ia pun meminta kepada aparat kelurahan dan RW setempat untuk melakukan patroli rutin. Ia percaya, kesadaran warga adalah kunci utama menjaga ruang publik.
“Kita tidak butuh pagar besi atau kawat berduri. Yang menjaga mural ini adalah hati kita sendiri,” tegasnya.
Pembangunan mural Lodaya ini menjadi bagian dari program kerja 100 hari Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung.