Farhan menuturkan, satgas ini bukan alat penindas atau penebar ketakutan, tetapi garda pelindung warga.
“Satgas dibentuk untuk melindungi masyarakat. Mereka adalah putra-putri terbaik yang akan memastikan rasa aman dan keadilan hadir di setiap sudut kota,” katanya.
Dalam prakteknya, premanisme di Bandung telah menimbulkan keresahan. Banyak warga, terutama pedagang kecil, menjadi korban.
“Ada ibu pedagang takut berjualan karena diminta setoran oleh orang yang tidak jelas. Ada anak muda trauma karena perlakuan kasar di jalan. Ada pemilik warung kecil merasa tertekan karena ancaman dari oknum tak bertanggung jawab. Ini tidak bisa kita biarkan,” tuturnya.
“Langkah kecamatan Bandung Kulon adalah contoh baik. Ini menunjukkan bahwa pimpinan wilayahnya peduli dan siap menjadi garda terdepan perubahan,” imbuh Farhan.