BANDUNG, PastiNews – Selamat malam para pembaca yang terhormat, dalam kesempatan kali ini, kami menyajikan rangkuman dari sebuah diskusi menarik yang berlangsung di acara Paguyuban Bandung pada 30 Juli 2025 bertempat di d’Botanica, Kota Bandung.
Acara kali ini mengangkat tema “Pernapasan” dan melibatkan dua tokoh penting, yaitu Wisnu Kuncoro, SH, sebagai Ketua Seni Pernapasan Usik Budi Bawana Indonesia, dan Guru Mamat Darja sebagai pendiri perguruan tersebut.
Bapak Guru Mamat Darja menjelaskan bahwa pernapasan adalah kekuatan yang mendasari kehidupan. Ketika bayi lahir, ia memulai kehidupannya dengan tarikan napas pertama, yang membawa energi ke dalam tubuhnya.
“Ada kekuatan tertentu yang dihasilkan dari pernapasan. Proses napas tidak hanya menjadi bagian dari fisik tetapi juga tersimpan dalam psikologis, menciptakan jiwa dan raga kita melalui rasa yang berasal dari makanan dan alam,” ujarnya.
Wisnu menceritakan bahwa ia tertarik mengikuti pelatihan ini karena masalah kesehatan yang sering dialaminya. “Setelah mengikuti pelatihan selama tiga bulan, saya merasakan perubahan yang signifikan, saya merasa lebih sehat dan bertenaga,” tuturnya. Ia melanjutkan bahwa teknik pernapasan yang diajarkan terbukti meningkatkan sistem imun tubuh dan mengurangi stres.
Seni Pernapasan Usik Budi Bawana mengajarkan pentingnya pola bernapas yang benar, di mana Wisnu berbagi bahwa seberapa banyak udara yang harus masuk ke dalam tubuh sangat mempengaruhi kesehatan. Ia menekankan bahwa praktik pernapasan yang sadar dan teratur dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh hiper ventilasi. “Kita harus menyadari bagaimana cara bernapas yang benar,” kata Wisnu.
Acara terus berlanjut dengan sesi praktik langsung yang dipandu oleh Wisnu, di mana peserta diajak untuk merasakan pengalaman bernapas yang dalam dan perlahan, menjangkau kebahagiaan dalam setiap sel tubuh. Pengalaman ini memberi dampak positif yang mengesankan bagi banyak peserta.
Salah satu peserta, Yudi, berbagi kesaksian penuh haru mengenai perjalanan hidupnya setelah belajar Seni Pernapasan Usik Budi Bawana. “Saya dulu mengalami syaraf kejepit yang membatasi aktivitas saya. Namun setelah belajar hanya dalam waktu dua hingga tiga bulan, saya merasakan kesehatan yang kembali pulih,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa semua ini dicapai tanpa pengobatan medis, hanya dengan mengolah napas.
Bapak Guru membagikan pesan penting tentang kebersihan tubuh dan jiwa. “Apa yang kita konsumsi berpengaruh besar pada kesehatan kita. Napas itu bersih dan darah kita juga mesti bersih,” ujarnya. Ia menekankan bahwa kualitas makanan dan metode mencari rezeki juga berperan penting dalam keberlangsungan hidup yang sehat.
Acara malam itu tidak hanya memberi wawasan baru tentang teknik pernapasan, tetapi juga membawa pemahaman yang lebih dalam tentang kekuatan yang terletak dalam setiap napas. Ini adalah perjalanan semangat kesehatan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di sini, kita diingatkan bahwa setiap tarikan napas adalah sebuah berkah, dan pengetahuan yang diperoleh malam ini bisa menjadi langkah awal menuju hidup yang lebih sehat dan bermakna.
Acara inipun membuka peluang bagi para peserta untuk bertanya langsung kepada narasumber, Bapak Wisnu Kuncoro, SH dan Bapak Guru Mamat Darja. Sesi interaktif ini mengalir penuh antusiasme, dengan berbagai pertanyaan dan pengalaman yang dibagikan oleh peserta.
Host membuka sesi tanya jawab dengan mempertanyakan pentingnya sumber energi bagi mereka yang ingin belajar Seni Pernapasan Usik Budi Bawana. Bapak Guru menegaskan bahwa untuk dapat menyerap manfaat dari pelajaran yang diberikan, energi yang dibawa oleh peserta harus positif. “Energinya harus yang positif. Jangan sampai energi negatif masuk,” ungkap Pak Guru.
Novidi, salah satu peserta, memberikan masukan bahwa program Budi Bawana sepatutnya diadopsi oleh pemerintah Kota Bandung, menekankan bahwa pelatihan ini dapat berkontribusi pada kesehatan pegawai negeri dan mengurangi korupsi. Komentar menohok ini direspons dengan tawa oleh host dan peserta lain, sekaligus menyoroti pentingnya peningkatan kesadaran diri dalam menjalani hidup yang lebih baik.
Wiwi juga berbagi pengalamannya yang menarik terkait dampak positif dari teknik bernapas yang dipelajari. “Saya merasa segar dan mendapatkan semangat baru setelah mengikuti latihan pernapasan,” tuturnya. Pengalamannya menjadi bukti nyata bahwa olah napas bisa membawa perubahan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sesi tanya jawab, juga dibahas tentang biaya keanggotaan. Bapak Wisnu menjelaskan bahwa untuk menjadi anggota, terdapat iuran bulanan sebesar Rp100.000, dengan pendaftaran awal sebesar Rp200.000. Host menilai bahwa biaya tersebut sangat wajar, mengingat manfaat kesehatan yang akan didapatkan.
Pak Hadi menanyakan tentang kemampuan olah napas dalam menyembuhkan penyakit seperti diabetes dan hipertensi. Wisnu menjawab bahwa banyak anggota telah merasakan perubahan signifikan terhadap kondisi kesehatan mereka setelah berlatih, membuktikan efektivitas Seni Pernapasan Usik Budi Bawana dalam pilihan penyembuhan alternatif.
Peserta Nandang juga menyampaikan keinginannya untuk tetap fokus dan konsentrasi saat berlatih. Dengan bijak, Wisnu menjelaskan bahwa cara terbaik untuk mendiamkan pikiran yang mengganggu adalah dengan fokus pada pernapasan. “Kita harus fokus pada napas yang kita hirup, karena hal ini akan mengalihkan perhatian dari pikiran yang berkeliaran,” ujarnya.
Sebagai penutup, Bapak Wisnu menjelaskan lima tingkat pernapasan dalam Seni Pernapasan Usik Budi Bawana yang bertujuan untuk mengatasi berbagai aspek kesehatan, baik fisik, energi tubuh, mental, intuisi, maupun spiritual. Dalam setiap praktik, anggota tidak hanya berupaya merasakan kekuatan tubuh, tetapi juga menggali aspek rohani yang dalam.
Acara ini menegaskan bahwa setiap tarikan napas adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, baik secara fisik maupun spiritual. Dengan penutupan yang inspiratif, banyak peserta merasa tergerak untuk lebih memahami dan menerapkan teknik pernapasan dalam kehidupan sehari-hari.( Wisnu kuncoro, SH.)