Erwin menyebut, buku ini adalah bagian dari tanggung jawab bersama setelah UNESCO menetapkan angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia sejak 2010.
“Pengakuan itu bukan akhir, tapi awal dari tugas kita untuk terus merawat, menginspirasi, dan mengedukasi generasi berikutnya,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Erwin juga memberikan apresiasi tinggi kepada Saung Angklung Udjo, yang disebutnya sebagai institusi budaya yang tak tergantikan. Selama puluhan tahun, Saung Udjo telah menjadi rumah bagi pelestarian budaya, pendidikan seni, dan laboratorium inovasi angklung.
“Bandung sebagai kota kreatif sangat beruntung memiliki institusi seperti Saung Angklung Udjo. Di sinilah kolaborasi antara tradisi dan inovasi menemukan tempatnya. Di sinilah generasi muda diajak untuk tidak melupakan akar budayanya sambil menatap masa depan,” katanya.