Pada 3 September 1945, sekelompok pemuda PTT yang dimotori oleh Soetoko, Slamet Soemari, dan beberapa nama lainnya mengadakan pertemuan.
“Mereka sadar betul bahwa Jawatan PTT memiliki peran krusial dalam menyebarkan informasi dan menghubungkan seluruh wilayah Indonesia,” kata Tata.
Saat itu, Komandan Pasukan Jepang menginstruksikan bahwa penyerahan Kantor Pusat PTT harus diserahkan kepada Sekutu, bukan kepada bangsa Indonesia. Kondisi ini memicu kekhawatiran para pemuda PTT. Tak tunduk menyerah begitu saja, mereka bertekad mengambil alih kantor pusat. Paling lambat akhir September 1945.
Merespons instruksi Jepang, Soetoko, Ismojo, dan Slamet Soemari berkumpul pada 23 September 1945. Mereka menyusun strategi demi merebut kekuasaan PTT. Keputusan penting diambil: meminta Mas Soeharto dan R. Dijar berunding dengan pihak Jepang. Tujuannya, agar penyerahan dilakukan secara damai. Jika perundingan gagal, mereka tidak ragu menempuh jalan kekerasan dengan bantuan dari rakyat yang siap berjuang bersama.