Keesokan hari, Soetoko mengutus Mas Soeharto dan R. Dijar menemui Tuan Osada, pimpinan PTT Jepang. Tuntutannya tegas: serahkan pimpinan Jawatan PTT secara terhormat kepada bangsa Indonesia pada hari itu juga. Sayang, perundingan menemui jalan buntu. Pihak Jepang hanya mengizinkan pengibaran bendera Merah Putih di halaman belakang gedung.
Meski kecewa, para pemuda AMPTT melaksanakannya. Mengibarkan Sang Saka Merah Putih dengan khidmat di tiang khusus tepat di atas lokasi tugu. Untung, kegagalan negosiasi ini tidak lantas memadamkan semangat. Sebaliknya, justru makin menguatkan tekad para pejuang dalam merebut Jawatan PTT dengan cara apa pun.
Untuk menyatukan kekuatan, pada 26 September 1945, AMPTT membentuk kepengurusan. Soetoko ditunjuk sebagai ketua. Menyadari pentingnya koordinasi yang efektif dalam perebutan kekuasaan, Soetoko dibantu tiga wakil, yaitu Nawawi Alif, Hasan Zein, dan Abdoel Djabar.