Pada hari yang sama, anggota AMPTT disebar untuk mencari dan mengumpulkan segala peralatan serta senjata. Dukungan dari berbagai pihak mengalir deras. Penduduk tua dan muda serta organisasi perjuangan lainnya yang berada di dekat Kantor Pusat PTT, menyatakan kesediaan untuk membantu. Semangat kebersamaan ini menjadi fondasi yang kuat bagi perlawanan yang segera dilancarkan.
Hari yang dinanti itu tiba. Pada 27 September 1945, untuk kesekian kalinya, Mas Soeharto dan R. Dijar kembali berunding dengan pimpinan Jepang di Kantor Pusat PTT. Hasilnya tetap sama, gagal. Pihak Jepang tidak mau menyerahkan kekuasaan begitu saja.
“Dari berbagai literatur menyebutkan, tekad AMPTT sudah bulat. Mereka memutuskan bahwa pada hari itu, kekuasaan atas Jawatan PTT harus direbut. Tidak peduli apa pun pengorbanan yang harus diberikan. Mereka segera menyiapkan persenjataan, mengerahkan rakyat, dan massa pun berkumpul di halaman selatan gedung,” jelas Tata.