BANDUNG, PastiNews – Perkembangan Islam di kota Bandung, tak lepas dari Masjid Agung Alun-alun atau Masjid Besar Cipaganti sebagai salah satu masjid bersejarah di Kota Bandung.
Namun di Kota Bandung, terdapat sebuah Masjid Mungsolkanas di Gang Mama Winata, Jalan Cihampelas RT 02 RW 05, Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, merupakan masjid tertua, karena didirikan sejak tahun 1869.
Masjid ini didirikan oleh seorang ulama bernama Kiai Haji Abdulrohim atau kerap dipanggil Mama Aden.
Tidak seperti kebanyakan masjid di Indonesia, dinamai dengan bahasa arab, nama-nama tokoh Islam, sahabat Rasulullah atau Asmaul Husna, masjid ini justru menggunakan akronim dari kalimat berbahasa Sunda.
“Mungsolkanas sebenarnya singkatan dari kalimat bahasa Sunda ‘Mangga Urang Ngaos Sholawat Ka Kanjeng Nabi SAW’. Diambil dari filosofi doa yang terdapat dalam kitab Tankibulkaul. Artinya bahwa setiap orang yang membaca dan mengamalkan sholawat kepada Nabi SAW, Insya Allah doanya pasti akan diterima dan dikabulkan oleh Allah SWT,” jelas Didin, Marbot Masjid Mungsolkanas, Minggu (31/03/2024).
Saat ini masjid tersebut telah mengalami perubahan signifikan menjadi bangunan dua lantai yang utamanya terbuat dari tembok. Tidak ada sisa-sisa bangunan lamanya sehingga masjid ini terlihat kokoh dan modern.
“Bangunan masjid ini didirikan di atas tanah yang diwakafkan oleh Lantenas, nenek dari Pak Zakaria, yang juga menjabat sebagai pengurus pertama masjid ini. Sekarang sih sudah direnovasi berkali-kali sampai yang paling besar itu tahun 2009,” kata Didin.
Saat awal dibangun, masjid itu tidak seperti sekarang. Bentuknya masih panggung dari billik dengan satu lantai. Dahulu ada kolam di bawah yang sekarang diubah menjadi kantor untuk keperluan masjid.
“Saat ini, kapasitas masjid telah meningkat dan dapat menampung sekitar 100 orang jemaah,” imbuhnya.
Meski bentuk bangunan telah berubah, Masjid Mungsolkanas memiliki beberapa peninggalan. Salah satunya Al-qur’an ditulis tangan dan tersimpan di etalase kaca di lantai dua masjid.
Peninggalan lainnya yaitu sebuah batu hitam besar yang diukir dengan nama dan tahun pembangunan masjid, terletak di depan pintu masuk bertuliskan “Masjid Mungsolkanas/ Berdiri Tahun 1869/ Mangga Urang Ngaos Sholawat ka Kanjeng Nabi SAW.”
Didin mengungkapkan, selama bulan suci Ramadan, program-program di Masjid Mungsolkanas berlangsung seperti biasa, seperti halnya tahun-tahun sebelumnya.
“Di sini, banyak program. Termasuk untuk Taman kanak-kanak (TK), pengajian anak-anak setiap sore, pengajian ibu-ibu setiap Senin, Rabu, dan Sabtu. Pesantren kilat, tadarusan, menyediakan takjil bersama dan juga pelaksanaan shalat tarawih. Baru-baru ini, ada Pejabat Gubernur juga ikut salat tarawih berjamaah di Masjid Mungsolkanas,” pungkasnya. ***