HARI PERDAMAIAN Internasional atau International Day of Peace yang diperingati setiap tahun pada 21 September, seharusnya berlaku bagi seluruh ummat manusia. Namun bagi Patani Selatan Thailand, yang masih mengalami konflik berkepanjangan hingga hari ini, tampaknya kata damai masih sangat jauh.
Menurut data Deepsouthwatc (DSW), sejak awal Januari 2004 hingga Agustus 2022, dari total 21.614 kasus kejadian, sebanyak 7.382 jiwa meninggal dunia, dan 13.684 jiwa mengalami luka-luka.
Proses rundingan damai antara gerakan pejuang Patani dengan kerajaan Thailand telah berlangsung selama beberapa tahun ini, namun belum menemukan titik akhir.
Selama ini, pemerintah Thailand sering melakukan diskriminasi terhadap warga sipil Patani dengan cara operasi, pengepungan, pengeledahan, penangkapan, penyiksaan, penhilangan, pembunuhan diluar jalur hukum secara tidak perikemanusiaan, dan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Salah satu konflik yang membekas di hati warga sipil Patani adalah peristiwa pembantaian massa di hadapan pejabat polisi Takbai Wilayah Narathiwat pada 25 Oktober 2004. Puluhan jiwa melayang, dan menambah jumlah janda, serta anak yatim piatu.
‘Ironisnya, pemerintah dan militer Thailand tidak bertanggung jawab atas peristiwa Takbai tersebut’.
Hingga saat ini, warga sipil Patani tetap memperjuangkan hak-hak mereka untuk merasakan hidup damai, walau harus bersabar dengan situasi dan tantangan yang amat pedih. Akan tetap menjadi cita-cita besar untuk hidup berbangsa dan bernegara yang diakui dunia internasional.
Peringatan Hari Perdamaian Internasional ini didedikasikan demi perdamaian dunia, dan secara khusus demi berakhirnya perang dan kekerasan yang terjadi selama ini, serta mendapatkan akses bantuan kemanusiaan bagi negara-negara yang memerlukannya.
Demikian, Hari Perdamaian Internasional pertama kali diperingati pada tahun 1982, dan dipertahankan oleh banyak negara, kelompok politik, militer, dan masyarakat. ***